Calon kandidat presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan membahas isi buku Why Nations Fail pada acara HUT PKS. Buku ini dibuat oleh Acemoglu dan Robinson membahas penyebab kemunduran negara dan kemajuan hanya ditentukan oleh desain lembaga politik dan ekonomi.
Anies menjelaskan perbedaan antara institusi politik inklusif dan ekstraktif. Sementara ekstraktif lebih mengkonsolidasikan kekuasaan, otoritas, dalam satu pemimpin dan kelompok.
Buku ini ditulis oleh dua orang profesor ekonomi, James A Robinson dan Daron Acemoğlu, pertama kali diterbitkan tahun 2012 oleh penerbit Crown Business. Kini karyanya sudah diterjemahkan oleh penerbit Elex Media Komputindo ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Mengapa Negara Gagal: Awal Kekuasaan, Kemakmuran dan Kemiskinan.
Di buku ini, penulis membahas beberapa faktor yang menyebabkan masih ada negara kaya dan negara miskin. Buku ini mengungkap latar belakang yang menyebabkan kesenjangan pendapatan serta sosial antara negara kaya dan negara miskin sangat berbeda, maka keberadaan negara miskin dibayangi oleh label ‘negara gagal’
Dalam buku itu, salah satu negara yang menjadi studi kasus ialah Korea, yang mana walau kedua negara Korea itu sama yaitu dari suku, budaya, ras, dan suku, ternyata situasi kehidupan antara Korea Utara dan Korea Selatan Korea berbeda. Ia menjelaskan, Korea Utara, misalnya, merupakan negara termiskin di dunia berdasarkan pendapatan per kapita.
Warganya hidup dalam kemiskinan. Sementara untuk Korea Selatan, warganya hidup sejahtera dan dilindungi oleh pemerintah yang tanggap dan melindungi segala kebutuhan warganya.
Selanjutnya, penulis buku ini juga mengulas permasalahan negara-negara Afrika yang berhasil mengembangkan perekonomiannya, namun juga ada yang masih dilanda perang saudara dan kelaparan. Kegagalan Uni Soviet untuk mencapai kejayaan juga dibahas dalam buku ini.
Dari kisah kegagalan beberapa negara, penulis buku itu mengatakan bahwa institusi politik dan ekonomi merupakan faktor penentu keberhasilan suatu negara. Negara kaya erat hubungannya dengan institusi ekonomi politik yang inklusif.